Senin, 05 Februari 2018

Circular and Sub Urban Yangon Train


Saat berencana untuk berkunjung ke Myanmar, maka yang menjadi tujuan utama saya adalah naik kereta api dari Hsipaw ke Pyin Oo Lwin untuk melihat sendiri Jembatan Goteik. Yang kedua naik kereta api urban yang berkeliling kota Yangon. 
Menurut yang saya baca, Yangon Circular Railway adalah komuter lokal yang mengelilingi kota metropolitan Yangon. Panjang rel dari stasiun Yangon sampai stasiun Yangon lagi adalah 45,9 Km. Kereta api akan berhenti di stasiun-stasiun sepanjang loop jalur rel seperti pada peta. Konon rel kereta api ini dibangun oleh Inggris pada tahun 1954 dengan menggunakan rel double track.. Saat ini kereta api ini di operasikan oleh Myanmar railway dan disubsidi oleh pemerintah karena sangat bermanfaat bagi penduduk Yangon.

Gambar 1. Peta perjalanan kereta api circular di kota Yangon.

Gambar 2. 

Gambar 3. Sekedar mejeng didepan peta perjalanan. 
Ada yang berbahasa Inggris ada yang berbahasa Myanmar

Gambar 4. Loket tempat pembelian tiket. 
Didepan loket ada mbakyu yang ada didepan komputer, 
tugasnya memberi informasi bagi Backpacker atau Tourist yang suka tanya-tanya.

Gambar 5. Penjualan tiket kereta api non Circular Sub Urban dilayani di lobi stasiun.
Sedangkan khusus untuk kereta api Circular ini, tiket dijual diperon ditepi rel tempat kereta api datang dan berangkat.

Gambar 6. Bentuk tiket yang dijual, dari Yangon ke Yangon. 

Kalau Yangon sebagai stasiun pemberangkatan atau stasiun ke 1, maka Yangon berikut sebagai pemberhentian akhir adalah stasiun ke 39. Selain stasiun Yangon ada 37 stasiun antara yang dengan setia kereta api Sub Urban Yangon berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang. 
Tiket dijual seharga Kyat 200,-, untuk melihat apakah harga ini murah atau mahal dapat dibandingkan dengan mata uang kita yang setara dengan Rp. 2.000,-. Nilai Kyat 200,- di Yangon dapat digunakan untuk membeli air minum satu botol ukuran 1 Liter, Kyat 500,- sudah dapat mie kuah satu mangkok. Tarip Kyat 200,- ini adalah tarip tunggal untuk jauh dekat taripnya sama persis seperti taripnya bus kota. Kalau saya lihat, Yangon dan Mandalay sebagai kota besar di Myanmar, memfasilitasi pengunjung dari luar negeri lebih baik dari pada negara lain yang memiliki huruf bukan latin. Contohnya, tiket kereta api tidak menggunakan huruf lokal, meskipun di stasiun masih kental dengan huruf-huruf Burmese.

Gambar 7. Kereta api belum datang, calon penumpang yang menunggu sudah cukup banyak. Menurut jadwal kereta api yang akan saya tumpangi ini berangkat jam 08.20 dari stasiun Yangon.

Gambar 8. Peron nomor 7. 
Dari beberapa tulisan yang saya baca, kelihatannya legendaris juga, tidak pernah berubah tempat.

Gambar 9. Sekitar jam 08.00 kereta api kelihatan datang, seperti perkereta apian kita jaman dulu, calon penumpang mulai berdesakan dipinggir rel. Tidak berbeda beberapa orang asing termasuk saya juga ikut arus penumpang lokal, ikut berdesakan.

Gambar 10.

Gambar 11.

Gambar 12.

Gambar 13. Tempat duduk didalam kereta berupa bangku panjang dengan jendela dipunggung penumpang. Ditengah-tengah terdapat ruang lebar tempat menaruh barang-barang penumpang.

Gambar. 14.

Gambar 15. Stasiun antara selalu dekat dengan pusat-pusat kegiatan, sehingga jalur rel kereta sebagian besar selalu sejajar dengan jalan raya. bahkan ada stasiun yang berdekatan dengan bandara Yangon (yang saya maksud dekat kira-kira berjarak 2 Km.). Ada juga stasiun yang dekat dengan terminal bus antar kota.

Gambar 16. Stasiun antara ada yang staiun besar, ada stasiun yang berfungsi sebagai depo lokomotif. Sebagian besar adalah stasiun kecil.

Gambar 17. 

Gambar 18. Hampir di setiap stasiun kecil, halaman dalam stasiun digunakan untuk pasar.

Gambar 19.

Gambar 20.

Gambar 21.

Gambar 22.

Gambar 23. Pak Kondektur memeriksa tiket, tidak dilubangi tapi diparap.

Gambar 24.

Gambar 25. Pedagang asongan makin lama semakin banyak. 
Termasuk pedagang sayur mulai memasukkan karung-karung berisi sayuran segar.

Gambar 26. Jagung merupakan jajanan favorit.

Gambar 27. Penjual kinang didalam gerbong kereta. Sebagian besar kaum laki-laki di Myanmar tidak merokok tetapi mengunyah sirih. Akibatnya mereka pasti meludah, sehingga dibeberapa pojok pasti ada bercak merah.

Gambar 28.

Gambar 29. Karung dan bungkusan besar-besar mulai menyita sebagian besar ruang penumpang.

Gambar 30.

Gambar 31. Sayuran segar ikut memenuhi ruangan penumpang.

Gambar 32. Ada juga tahu goreng kuning dengan bumbu pedas.

Gambar 33.

Gambar 34. Power of Tongsis.....hehehehe....numpang selfie.

Gambar 35. Berakhir sudah petualangan selama 3 jam dengan naik komuter Yangon.
Kereta api mulai masuk stasiun Yangon kembali.

Gambar 36.

Gambar 37. Penumpang belum turun semua, sudah diserbu dengan penumpang yang akan naik.

Gambar 38. Peron stasiun Yangon.

Gambar 39.