Rabu, 01 November 2017

Wat Arun Tempat Belanja Murah

Hari kedua, 14 Oktober 2017
Tujuan awal pagi hari ini adalah kunjungan menuju ke Wat Arun dengan naik perahu mengarungi sungai Chao Phraya.

Bus Wisata yang membawa Rombongan PPTI

Keluar dari hotel masih pagi, sehingga pak sopir bus mungkin lupa jam, sehingga sebelum waktu yang di-ijinkan, bus berputar arah disebuah jalan saat keluar dari hotel. Akibatnya perjalanan tertunda sesaat karena pak sopir harus ber-urusan dengan Polisi. Entah menggunakan jurus yang bagaimana, tidak sampai 15 menit bus sudah melanjutkan perjalanan. Jalanan macet dan ternyata ada banjir dibeberapa ruas jalan.
Saya jadi ingat beberapa tahun yang lalu dengan bulan yang sama, Bangkok memang dilanda banjir. Sehingga istana-pun harus ditanggul dengan kantong-kantong pasir.
Saat banjir tahun2 lalu, untuk naik perahu saya harus memanjat kursi yang disediakan, karena dermaga banjir.

Stasiun Kereta Api di Bangkok, Hua Lampong.

Cukup lambat juga bus berjalan menuju River City yang terletak didekat stasiun kereta api Hua Lamphong. Menyusuri jalan kecil tetapi pas untuk dilewati bus jumbo, akhirnya sampai juga.

Lokasi GPS dari River City. 

Bagian bangunan River City yang menghadap arah Sungai Chao Phraya.

Menunggu perahu yang akan membawa rombongan ke Wat Arun.

Informasi untuk teman-teman (berkantong tebal dengan uang Bath melimpah tentunya) yang berkunjung ke River City tidak dalam rombongan, disini disediakan perahu wisata yang sifatnya Hop-on, Hop-off. Alias bisa naik - turun - naik lagi di tempat-tempat yg disinggahi, sesuka hati.
Dari peta yang saya baca, perahu ini berhenti pada Pier: Phra Arthit - Thonburi - Tha Maharaj - Wat Arun - Pak Klong - Ratchawongse - RIVER CITY - Sathorn (Saphan Taksin) - Asiatique.

Saat perahu datang......walaaaa.....ternyata untuk masuk kedalamnya harus main arobat....


Belum lagi posisi perahu yang bergerak mendekat dan menjauh dari dermaga.....



Akhirnya perahu start berlayar menuju Wat Arun, ditengah perjalanan perahu melewati kolong jembatan kuno dari konstruksi besi yang di cat hijau. Sementara itu disebelahnya berdiri kokoh jembatan beton yang baru.


Cerita dari Guide Lokal, jembatan ini besi bajanya berasal dari Jawa. Konon katanya besi baja yang berasal dari Jawa sangat kuat, buktinya sampai sekarang jembatan ini masih bisa digunakan. Hanya bagian tengah yang dulu bisa diangkat untuk supaya kapal besar bisa lewat, sekarang sudah tidak bisa lagi diangkat. Tambah satu perbendarharaan saya, besi baja dari Jawa digunakan untu membuat jembatan di Bangkok.


Ditepi sungai saya melihat sebuah perahu yang memang didesain untuk mem-panen tanaman Enceng Gondok. Dari sejarahnya, Enceng Gondok dan Asam Jawa adalah hadiah Presiden NKRI yang pertama, Ir. Soekarno untuk rakyat Siam atau Thailand sekarang.


Sebelum merapat ke demaga Wat Arun, perahu dibawa kebelakang sebuah Wat yang banyak sekali ikannya. Ikannya gemuk-gemuk karena tidak pernah di-usik dan selalu diberi makan roti tawar oleh pengunjung. Menurut Guide Lokal Acyfy Dika Tour, uang hasil penjualan roti ke Wisatawan disumbangkan ke Wat tersebut.

Foto dulu....seluruh rombongan sebelum berbelanja dan menikmati sejarah Wat Arun

Sa watt dhi kha

Lah...sebelum belanja coba lihat dulu harga-harga di Wat Arun tahun 2011 saat saya mau beli kaos.

 Daftar harga kaos di Wat Arun tahun 2011



Daftar harga kaos di Wat Arun 2017, ternyata selama 6 tahun harga-harga di pasar Wat Arun tidak berubah. Hanya Rupiah kita yang terus tergerus oleh inflasi, sehingga dalam Rupiah harga garment di Wat Arun jadi mahal. kalau tidak salah, tahun 2011 kurs IDR ke THB adalah 300 rupiah, sementara 2017 sudah menjadi 415 rupiah.

Sip nemu mainan buat calon anak......hehehehe

Souvenir yang tidak pernah padam, gantungan kunci dengan tulisan Thailand tapi made in RRC.
Harga 6 buah THB 50,- bahkan kadang diluar area pasar bisa didapat 12 buah THB 80,- 

 Souvenir ginian bisa didapat dengan 50 Bath.
 

Semangat belanja yang terus menggebu, lupa dengan kapasitas perahu yang akan kembali menyeberangkan ke River City.



Entah Bath sudah habis atau lelah atau kepanasan, keluar pasar dan istirahat



 Menghitung sisa Bath didompet, hari masih panjang, masih banyak obyek lain.....

Akhirnya.....kembali ke perahu dengan banyak tas kresek berisi berbagai macam oleh2 untuk sanak saudara dan tetangga, biar mereka tahu kalau kita sudah pernah ke Thailand.









Selasa, 31 Oktober 2017

Khlong Saen Saep Sarana Transportasi Air di Bangkok


Hari ke-dua, 14 Oktober 2017
Bersiap melanjutkan perjalanan.

Dibagian belakang hotel Thomson, dimana rombongan PPTI Unesa bermalam, ternyata dilewati salah satu kanal transportasi air kota Bangkok.



Ada beberapa perusahaan yang mengoperasikan transportasi air di Bangkok, salah satunya yang melewati hotel Thomson adalah Khlong Saen Saep.

Untuk yang belum mengetahui, di Bangkok ada beberapa jenis pilihan transportasi umum (public transport) :
1. MRT atau Metropolitan Rapid Transit, kereta api bawah tanah.
2. BTS atau Bangkok Mass Transit System atau Skytrain, karena kereta api ini dalam perjalanannya hampir selalu berada di atas.
3. Airport Rail Link, kereta api khusus yang menghubungkan bandara Suvarnabhumi dengan kota 3. Bangkok
4. Bus Kota
5. Khlong atau kapal sungai.
Dalam urutan menghabiskan waktu karena jalanan macet adalah bus kota, bus kota di Bangkok ada yang pakai AC ada pula yang tidak pakai AC dengan tarif yang sangat murah.

Air kanal sangat keruh dan berbau tidak enak. Meskipun demikian tidak ada sampah yang mengambang diatas airnya.



Dalam beberapa kasus maka naik Khlong akan sangat cepat dalam mencapai sebuah titik tujuan.
Menurut cerita dari guide lokal Acyfy Dika Tour, kanal ini juga dinamakan Kanal Air Mata.
Kanal Saen Saep dibangun saat pemerintahan Raja Rama III bertepatan dengan terjadinya konflik peperangan antara Siam dengan Annam Kamboja. Pekerjaan membuat kanal dimulai tahun 1837, konon ceritanya kanal ini dikerjakan dengan alat se-adanya. Diantaranya menggunakan tempurung kelapa untuk mengeruk tanah yang dikerjakan oleh para tahanan perang. Disinilah awal dari nama Kanal Air Mata untuk Kanal Saen Saep.

Dari sekian banyak penumpang yang naik dan turun. Saya tidak melihat satupun anak-anak sekolah yang ikut naik atau menggunakan transportasi Khlong.

Perahu berhenti di dermaga Pier dalam waktu yang relatif singkat, kemudian pergi meninggalkan Pier dengan kecepatan yang tinggi.

Saya melihat betapa keruhnya air sungai yang dilewati kapal transportasi, namun kalau diperhatikan air sungai hanya keruh sementara tidak ada sampah yang ikut mengalir.
Membaca informasi yang ada, maka polutan yang mengotori Kanal Saen Saep berasal dari 62 Rumah Sakit, 107 restoran, 14 pasar, 66 hotel, 144 kondominium, 81 mall dan 157 rumah tangga. Jadi kalau warna air menjadi sangat keruh dan tidak sehat tentu saja dapat dipahami. Sehingga saya juga berpikir, makanya tidak ada anak-anak yang naik perahu itu, mungkin karena kotor dan tidak sehatnya air kanal. Dalam pengamatan saya, yang naik perahu cuma orang-orang dewasa saja, mulai yang berpakaian sederhana sampai pemuda keren berdasi.

Pier yang dilewati Khlong Saen Saep.

Khlong Saen Saep untuk melayani route sepanjang itu membagi dua pelayaran sungai. 
Yaitu Golden Mount Line melayani Pier Panfa Leeland yang berada dekat dengan Khaosan Road sampai Pier Pratunam. Khaosan Road adalah daerah Backpacker dekat Monumen Demokrasi yang terkenal di Bangkok.
Nida Line yang melayani Pier Pratunam sampai Pier Wat Sriboonreung.
Pier The Mall Ram yang berada dibelakang hotel Thomson adalah Nida Line.

 

 Pier The Mall Ram berada di belakang Hotel Thomson.

Pada papan yang digantung di setiap Pier berisi informasi yang cukup lengkap  dan berguna.
Ada nama Pier, ada nama Pier sebelum dan sesudah.
Ada peta pelayaran Khlong dan peta informasi kita sedang berada dimana.
Daftar sarana angkutan lain, BTS, MRT dan Bus Kota yang dapat digunakan didekat Pier yang bersangkutan.
Daftar tarif yang dikenakan pada penumpang. 

Bagi Backpacker, peta dibawah ini adalah petunjuk praktis bin cepat menggunakan Khlong.
 
Khaosan hanya ada Bus Kota, maka Khlong merupakan sarana transportasi yang murah.
 
 Belanja ke Pratunam naik Bus Kota akan mengalami macet yang berkepanjangan. Naik BTS masih harus jalan agak jauh, maka menggunakan Khlong paling enak.

 Meskipun ke MBK bisa menggunakan BTS, tetapi sensasi naik Khlong akan berbeda. 
Disamping itu tarif Khlong jauh lebih murah dari naik BTS.