Jumat, 05 Agustus 2016

Berkeliling Kota Ho Chi Minh 2

Tentu saja peta di-atas jangan sampai dilupakan, perjalanan dilanjutkan ke obyek nomor 5, yaitu Museum Perang.
Oh...ya...belum mengikuti yang pertama jalan-jalan saya .... klik disini dulu ....
Ini adalah museum kenangan dijaman perang Vietnam yang berkepanjangan itu, yang kemudian menjadi ilham untuk membuat film yang dibintangi C. Noris dalam serial  Missing In Action.
Jangan lupa beli tiket lho yaaa.....
Ada bom, ranjau yang dipamerkan, termasuk alat penyiksa seperti ini:

Hiiii ....ayo cepat pindah obyek .......



Gereja yang diatas pintu masuknya ada tulisan tahun 1880. Kata orang, batu merahnya saja didatangkan dari Paris. Niihhh kata Wikipedia, simak sendiri yaaaa ....Notre-Dame Cathedral Basilica of Saigon (Vương cung thánh đường Chính tòa Đức Bà Sài Gòn or Nhà thờ Đức Bà Sài Gòn) officially Cathedral Basilica of Our Lady of The Immaculate Conception ( Vương cung thánh đường Chính tòa Đức Mẹ Vô nhiễm Nguyên tội) is a cathedral located in the downtown. Established by French colonists who initially named it Cathédrale Notre-Dame de Saïgon, the cathedral was constructed between 1863 and 1880. It has two bell towers, reaching a height of 58 meters (190 feet).

Tidak jauh dari Gereja Notre-Dame berdiri bangunan megah lagi .... kali ini Kantor Pos

 Lagi-lagi ini kata Wikipedia: ....The building was constructed when Vietnam was part of French Indochina in the late 19th century. It counts with Gothic, Renaissance and French influences. It was constructed between 1886-1891 and is now a tourist attraction.......It was designed by Auguste Henri Vildieu and Alfred Foulhoux, but is often erroneously credited as being the work of Gustave Eiffel .....Inside the Saigon Central Post office of special note are two painted maps that were created just after the post office was built, the first one located on the left side of the building is a map of Southern Vietnam and Cambodia titled Lignes telegraphiques du Sud Vietnam et Cambodge 1892 which translates to "Telegraphic lines of Southern Vietnam and Cambodia 1892". The second map of greater Saigon is titled Saigon et ses environs 1892 that translates as "Saigon and its surroundings 1892" ......
Bagian dalamnya tetap berfungsi sebagai Kantor Pos yang menjual benda-benda pos, namun sebagian orang yang masuk didalamnya lebih sebagai pengagum bangunan dari pada membeli benda pos.

Ruang telepon juga berubah menjadi ATM, lantai kedua difungsikan sebagai tempat menjual souvenir.
Sekarang keluar menuju halte bus yang ada diseberang gereja.

Tunggu Bus Nomor 39, dengan ongkos VND 6000,- minta turun Benh Than Market.
Waaa....... hujan deras, terpaksa pakai payung .... lha kok seperti saat di Singapura ... untung kemarin saat di Phnom Penh tidak hujan.
Masuk bagian dalam pasar, bersih meskipun di bagian pasar tradisionilnya. Karena banyaknya warga Malaysia yang berkunjung ke-sisni, maka banyak penjual disini yang mampu berbicara melayu. Disekeliling pasar juga ada beberapa rumah makan halal serta penjual baju muslim. Saran saya, kalau tidak berniat membeli, jangan pegang-pegang, penjualnya tidak segan-segan terus mengejar kita........


Karena sudah menjelang sore, saya kembali kedepan pasar Benh Than menyeberang jalan menuju ke terminal bus yang akan membawa saya ke bandara.
Nunggu bus nomor 152 tujuan Tan Son Nhat Air Port.
Tujuan Tan Son Nhat berangkat dari terminal Benh Than ada dua bus. Bus 152 dengan tarip VND 5000,- dan Bus 109 warna kuning dengan tarif VND 20.000,-
Bus 152 terbatas hanya sampai jam 17.00 sedangkan Bus 109 sampai malam hari masih ada. Dibanding pakai taxi, maka Bus 109 termasuk murah.

Penerbangan saya menuju Kuala Lumpur dari Ho Chi Minh jam 21.00 dan mendarat di KLIA2 sudah lewat tengah malam.
Jam 01.00 keluar Imigrasi Malaysia, dari lantai 1 bandara Kedatangan KLIA2 saya naik menuju lantai 3 bandara Keberangkatan KLIA2, duduk dikursi panjang. Sudah tidak ada lagi hotel untuk meluruskan punggung ...... di KLIA2 juga ada sih ....hotel ....tapi kan bukan untuk Backpacker ..... tarif-nya maksud saya....
Akhirnya .....alhamdulillah....kembali mendarat di Jogyakarta, NKRI tercinta, kembali menggunakan Rupiah. Syukur kepada Allah, atas rachmatnya saya memiliki kesehatan, di ijinkan sehingga mampu untuk mengagumi segala ciptaanNya di muka bumi yang berbeda. Berbeda segalanya, lokasi, iklim, kultur, kebiasaan ....sehingga membuat pikiran ini terbuka.
Salam teman-teman, tetap semangat ....untuk yang muda, semoga cerita ini menghasilkan  keberanian untuk melakukan perjalanan .... saya 65 tahun dan suami saya 68 tahun ....oooo yaa .... saya harus segera kedepan bandara....mencari bus untuk pulang ke Surabaya.

Berkeliling Kota Ho Chi Minh 1



Ho Chi Minh atau Sai Gon merupakan kota dari negara terakhir atau negara ke-empat yang saya kunjungi secara marathon, setelah Singapore, Malaysia, Kamboja. Sebagai negara yang ke-empat, ini juga merupakan kunjungan saya yang ke-empat ke Sai Gon. Saya telah masuk Sai Gon dengan pesawat terbang, dengan kereta api dan kali ini dengan menggunakan bus.

Pengamatan saya meskipun Ho Chi Minh ini bukan ibu kota Vietnam, tetapi dibanding dengan Hanoi masih besar Ho Chi Minh dan ramai serta bersih Ho Chi Minh.

Untuk memulai explore kota Ho Chi Minh dengan standard travel biro, maka saya mengasumsikan semua bermalam di area Backpacker Pham Ngu Lao Distrik 1. Bila mau mengingat, maka bus Mekong Express menurunkan penumpangnya ditepi jalan yang petanya saya beri tanda panah cokelat. Silahkan menyeberangi taman hijau dan menuju Halte Bus, halte bus yang saya maksud berada disebelah tempat penitipan sepeda motor.
Seberangi taman yang asri, banyak lansia seperti saya yang berolah raga.

Temukan Halte Bus yang berada didekat penitipan sepeda motor 

Begitu ada bus Nomor 19, lambaikan tangan dan naik. Tidak perlu terburu-buru, bus baru jalan kalau penumpang sudah didalam dan jangan lupa bayar VND 6000,- bus-nya bersih dan pakai AC 

Ini adalah peta wisata kita. Saya buat efisien dan efektif.

Sekarang siapkan langkah kaki yang penuh semangat dan jangan loyo, sebab kita harus berjalan menurut garis merah seperti pada peta diatas. Tengok kanan jalan apa sudah tampak sungai Mekong dan ada bangunan seperti ini:
kalau sudah tampak, segera tekan bel stop yang ada disetiap tiang didalam bus. Cuma bus tidak akan langsung berhenti, bus akan berhenti pada halte yang sudah ditentukan. Bus berhenti silahkan turun, hati-hati berada ditepi jalan.
Lalu lintas sepeda motor di Vietnam sama dengan di Surabaya, bedanya mereka pelit dengan klaxon, tidak terdengar bunyi ...ddiiinnn.... yang berlebihan termasuk tidak ada sumpah-serapah kalau ada yang memotong jalan. Ayooo .... jalan kaki menuju obyek pertama:
Obyek pertama adalah Opera House, kebetulan didepannya sedang ada pementasan Drum Band.
Opera House sendiri punya sejarah yang saya kutip dari Wikipedia lengkap dengan link-nya.
The Municipal Theatre of Ho Chi Minh City, also known as Saigon Opera House (Vietnamese: Nhà hát lớn Thành phố Hồ Chí Minh; French: Opėra de Saigon), is an opera house in Ho Chi Minh City, Vietnam. It is an example of French Colonial architecture in Vietnam.
Built in 1897 by French architect Eugène Ferret as the Opėra de Saigon, the 800 seat building was used as the home of the Lower House assembly of South Vietnam after 1956. It was not until 1975 that it was again used as a theatre, and restored in 1995. ( hehehehe .... terjemahkan sendiri .....)
Disamping bangunan (saat ini sedang renovasi) ada sepeda yang mengangkut Wuwu atau Bubu, yaitu alat untuk menangkap ikan. Saya jadi ingat sungai di desa, para pencari ikan menjebak ikan dengan alat yang serupa. Hehehehehe..... Vietnam Indonesia same same.....
Sekarang ayo lanjut .... mengunjungi bangunan ini:
Kantor Pemerintahan Kota Ho Chi Minh (sejarahnya cari sendiri yaaa.... di Wikipedia kan ada), kebetulan sedang ada upacara didepan patung Ho Chi Minh yang letaknya didepan bangunan kantor itu.

Sudahhh ??? ayo terus jalan ke obyek nomor 3, Museum Ho Chi Minh
Jangan lupa beli tiket masuk dulu .....
Baru explore:


Kalau haus, didalam ada air panas, sedang dan dingin gratis.

Kalau sudah minum gratis dan duduk sebentar, lanjut jalan kaki ke obyek nomor 4

Untuk masuk harus beli tiket lho ya ...... jangan menerobos.
Lelah juga berjalan kaki, didepan bangunan megah ini ada taman luas dengan pepohonan yang rindang dan bangku-bangku beton untuk istirahat. Tetapi sekali lagi kalau menyeberang hati-hati.....
Sebab berjalan di trotoar-pun bukan jaminan aman dari senggolan sepeda motor.....
Oke.... istirahat dulu sambil meluruskan kaki yang penat.
Sementara itu masih ada ....satu...dua...tiga...empat obyek lagi ......
Untuk cerita lanjutan silahkan klik disini







Rabu, 03 Agustus 2016

Bus dari Phnom Penh ke Ho Chi Minh.


Hampir tidak ada informasi yang jelas tentang naik bus dari Phnom Penh ke Sai Gon atau Ho Chi Minh yang saya dapatkan dari internet. Kali ini saya ingin mengisi kekosongan informasi tersebut dengan penjelasan yang saya harap dapat se-jelas-jelasnya.

Bus antar kota dan antar negara di Kamboja umumnya berangkat dan masuk ke Bus Poll-nya sendiri-sendiri. Tidak berbeda dengan bus Mekong yang saya tumpangi untuk menuju Vietnam hari ini. Bus Mekong datang dan berangkat dari Poll-nya “Mekong Express Limuosine Bus” yang beralamat di National Hwy 5. Saya memilih Mekong Bus karena terpengaruh oleh pembicaraan para Backpackers yang puas dengan layanan bus ini. Saya pikir ongkos $ 14,- dengan layanan yang saya dengar adalah “reasonable”

Karena saya tinggal di kawasan Preah Sisowath Quay, maka saya membeli tiket dari agen Mekong yang ada didekat hotel tempat saya bermalam.

Tempat lokasi Poll Bus

Jarak antara Agen tiket Mekong Express dan Poll Bus Mekong adalah 2,3 Km, tidak terlalu jauh andaikata saya harus berjalan kaki menuju tempat pemberangkatan bus.
Tiket seharga $ 14,- dengan jadwal keberangkatan bus jam 14.30, untungnya saya tidak perlu berjalan kaki, sebab kalau saya datang ke Agen Bus tersebut sebelum jam 13.00 maka akan ada Van Komuter yang akan mangantar saya ke Poll. Akhirnya saya putuskan untuk mengikuti fasilitas gratis tersebut, dan benar juga jam 12.30 dengan beberapa penumpang yang lain saya diantar ke Poll Bus Mekong Express Limousine Bus.



Yang banyak menarik dari pembicaraan para Backpacker adalah saat bus harus naik tongkang untuk menyeberangi sungai Mekong diluar kota Phnom Penh. Sayang seribu sayang, saya sudah tidak lagi dapat menikmati situasi seperti itu, karena jembatan yang melintasi sungai Mekong ternyata sudah jadi dan dapat dilewati kendaraan berat.
Jembatan Mekong yang megah dan panjang melintasi sungai Mekong.

Sepanjang perjalanan inilah wajah-wajah kota yang saya lewati, saya amati dan saya ambil gambarnya dari balik jendela bus.



Sesuai dengan informasi yang saya terima, maka dalam perjalanan paspor penumpang dikumpulkan oleh salah seorang awak bus. Beberapa penumpang yang memerlukan VOA (Visa On Arrival) saat masuk Vietnam juga langsung ditangani awak bus. Saya sebagai warga NKRI tentu saja memiliki ke-istimewaan, yaitu bebas visa untuk masuk Vietnam.

Menjelang petang bus sudah hampir mendekati kota Bavet, Bavet adalah kota perbatasan antara negara Kamboja dan Vietnam.
Bus berhenti disebuah restoran, beberapa penumpang saya lihat pesan nasi goreng sementara awak bus makan nasi putih dengan lauk yang saya tidak tahu. Kesempatan istirahat 20 menit ini tentu saja saya pakai untuk kekamar kecil. Kamar kecil cukup bersih tidak seperti kamar kecil sebuah rumah makan antara Hanoi dan Laos yang saya singgahi beberapa tahun yang lalu.
Setelah istirahat 20 menit, penumpang kembali dipersilahkan naik dan bus berjalan kembali menuju perbatasan. Sebelum masuk perbatasan, sepertinya pemerintah Kamboja sangat memperhatikan per-ekonomiannya. Seperti di Poipet, kota perbatasan dengan Thailand sebelum masuk Batambang, maka di Bavet ini juga bertebaran Casino, rumah-rumah judi dengan bangunan yang mewah dan besar-besar serta bangunan hotel-hotel besar juga. (Klik disini, cerita saya saat masuk Kamboja lewat Poipet)
Masuk Bavet Border Post, penumpang Mekong Bus benar-benar merasakan layanan istimewa. Turun dari bus tanpa harus membawa begasi, ternyata paspor saya sudah ada stempel "Departure" dan lembaran kecil yang nempel saat masuk bandara Phnom Penh juga sudah dilepas. .... ahhh ...sesuai juga lah $ 14,- yang saya keluarkan.
Sayangnya ingin membuat foto diperbatasan hari sudah gelap, akhirnya ya ini sajalah ..... selesai imigrasi, penumpang dipersilahkan naik bus dan paspor dikumpulkan lagi.

Bus berjalan melewati beberapa penghalang jalan, akhirnya sampai ke kota Moc Bai, kota perbatasan Vietnam. Moc Bai Border dan Bavet Border terpaut hanya beberapa puluh meter atau ratus meter saja.
Kali ini penumpang harus turun dengan bagasinya, awak bus membagikan paspor ....eeee...lha dalaaaa.... lha kok ya sudah ada cap "Arrival" di paspor saya. Waktu tunggu di Imigrasi Moc Bai agak lama, karena saya lihat awak bus sibuk ngurusi penumpang yang untuk masuk Vietnam tidak bebas visa atau harus VOA. Selanjutnya penumpang digiring ke ruang Custom, bagasi dan tas masuk X-Ray, paspor diperiksa lagi untuk diyakinkan sudah ada stempel "Arrival" dan ternyata bus sudah parkir dipintu keluar Bea Cukai tadi. Siiipppp......tidak harus jalan kaki jauh-jauh dan paspor tidak perlu dikumpulkan lagi, simpan yang rapi.
Selanjutnya ..... Selamat Malam Vietnam ..... negera Asean ke-empat yang saya kunjungi dalam waktu 6 hari. Sepanjang jalan dari Moc Bai ke Ho Chi Minh sangat berbeda dengan pemandangan saat di Kamboja. Keramaian kota dengan gemerlap lampu LED berada dikiri-kanan jalan menunjukkan peningkatan per-ekonomian sebuah negara. Jam 21.30 waktu Vietnam yang sama dengan WIB, setelah menyelesaikan perjalanan selama 7 jam, bus masuk ke area yang disukai para Backpacker di Ho Chi Minh, area Pham Ngu Lao, Distric 1. Tidak perlu takut, ini daerah ramai 24 jam. Banyak hotel besar kecil, murah sampai mahal bertebaran disini.