Sabtu, 27 Januari 2024

Travelling by Train 4

Traveller service that includes, as part of the package, travel by scheduled train service.

Surabaya Pasar Turi - Jakarta Pasar Senen - Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak.

Episode : Merak

Sudah lama tersimpan didalam pikiran saya untuk berkelana naik kereta api mengunjungi kota-kota yang berada di Pulau Jawa  Sebagian pelosok Asean sudah saya kunjungi, di-usia yang terus menapak naik ini, ganti sekarang untuk mengunjungi sebagian pelosok Pulau Jawa. Sebagai Backpackers berkunjung kesebuah tempat mempunyai arti dan makna yang besar.


Episode 1: https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train.html

Episode 2: https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train-2.html

Episode 3: https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train-3.html

Sebenarnya sangat disayangkan kalau saya ke Merak ini hanya sekedar mampir di halaman stasiun saja. Sebab Commuter Line Merak yang saya tumpangi berangkat dari Rangkas Bitung jam 13.50 masuk stasiun Merak jam 15.35. Kereta api ini akan kembali ke Rangkas Bitung Jam 16.20, jadi saya hanya mampir paling lama 40 menit dikurangi proses unboarding dan boarding. Sebenarnya ada kereta yang berangkat lebih pagi, namun bangun paginya sudah terlalu siang, dan untuk pulang ke Rangkas Bitung dengan kereta yang lebih malam, saya takut di Jakarta kesulitan kembali ke hotel di Pasar Senen.


Saat kereta api masuk stasiun Merak, ada penumpang yang bertanya pada petugas, apa bisa turun kearah kiri kereta ?. Oleh petugas dijawab, jangan, peronnya buntu, yang ada cuma kapal. Berdasar perkataan itu saya tidak melihat kearah stasiun tapi justru kearah kiri dari datangnya kereta.

Stasiun Merak menurut lokasinya berada didalam lingkungan ASDP, jadi tidak heran kalau lokasi stasiun Merak berada ditepi laut. Menurut cerita-cerita pendahulu, pernah ada lokomotif yang akan tercebur kedalam laut saat akan masuk kedalam turn table (saat ini bekas turn table tersebut sudah hilang tak berbekas). Saya melihat ada semacam halte diperon dan disebelahnya ada tangga masuk kedalam area masuknya penumpang kapal. Kata salah satu orang yang ada disitu, dulu kalau penumpang kereta api hendak menyeberang masuk lewat bangunan itu dengan lebih dahulu membeli tiket pas pelabuhan.

Mengikuti arus penumpang yang turun saya ikut keluar stasiun .... horeeee ... saya sekarang berada di ujung barat rel kereta api aktif di Pulau Jawa.

 

Saya berjalan keluar bangunan stasiun Merak, didepsn stasiun terbentang rel, yang kalau dilihat sepintas seperti rel aktif karena terpelihara baik. Termasuk urugan balast batu yang teratur rapi.

Untuk keluar ke jalan besar, ternyata tidak langsung ada didepan stasiun seperti pada umumnya., Stasiun Merak dipagar tinggi dengan menggunakan plat beton fabrikasi. Untuk keluar kejalan raya harus menyusuri jalan yang berada disepanjang tembok beton. Karena takut ketinggalan kereta maka saya urungkan niat ingin melihat pelabuhan Merak.

Dari pagar pembatas yang ada saya masih dapat melihat pembangunan disektor pelabuhan Merak.

Rel yang terbentang didepan stasiun terus menyeberang jalan menuju bangunan yang terlihat.

 Kendaraan besar-besar turun dari kapal penyeberangan dan keluar dari pelabuhan.


Melihat situasi stasiun, benar juga keputusan pemerintah untuk menutup sementara saat hari raya Iedul Fitri tahun kemarin. Sebab dapat dibayangkan bagaimana arus manusia dan kendaraan turun dan naik kekapal. Saat hari raya kemarin commuter line Merak hanya sampai Cilegon. Mungkin dari situasi ini tersebar wacana kalau stasiun Merak akan direlokasi keluar dari area pelabuhan. Kata penduduk Merak, kendaraan cat merah itu adalah angkutan umum dari Cilegon ke Pelabuhan Merak. Dalam kondisi normal taripnya Rp. 10.000,- (padahal commuter line Rangkas Bitung - Merak hanya Rp. 3.000,-)








Masih banyak yang ingin saya lihat, namun dari dalam stasiun sudah terdengar berita untuk penumpang kalau sebentar lagi commuter line Merak akan diberangkatkan dari peron 1 menuju Rangkas Bitung.

Bergegas saya naik, tepat waktu kereta api meninggalkan stasiun Merak.  Belum puas memang, sebab hanya sekedar singgah beberapa puluh menit. Tetapi bagaimanapun juga saya sudah mengibarkan bendera diujung barat rel kereta api di pulau Jawa. Salam sehat untuk semua pencinta kereta api seperti saya.



Kamis, 25 Januari 2024

Travelling by Train 3

Traveller service that includes, as part of the package, travel by scheduled train service.

Surabaya Pasar Turi - Jakarta Pasar Senen - Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak.

Episode : Rangkasbitung - Merak

Sudah lama tersimpan didalam pikiran saya untuk berkelana naik kereta api mengunjungi kota-kota yang berada di Pulau Jawa  Sebagian pelosok Asean sudah saya kunjungi, di-usia yang terus menapak naik ini, ganti sekarang untuk mengunjungi sebagian pelosok Pulau Jawa. Sebagai Backpackers berkunjung kesebuah tempat mempunyai arti dan makna yang besar.


Episode 1: https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train.html

Episode 2: https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train-2.html
 
Dari stasiun Tanah Abang saya naik KRL Commuter Line Rangkasbvitung 1678 yang berangkat jam 10.00. Sesuai jadwal yang tertera didalam aplikasi KAI Access, hampir setiap 20 menit sekali ada pemberangkatan KRL menuju Rangkasbitung. Masuk stasiun Rangkasbitung jam 11.50 setelah melewati 17 pemberhentian besar dan kecil.  Karena KRL yang datang dari Tanah Abang masuk peron 2, dan di peron 1 sudah siap KRL yang akan berangkat ke Tanah Abang. Semua penumpang yang turun harus melewati bagian dalam KRL ini. Sepintas saya lihat ada tiga peron distasiun ini serta ada empat jalur rel yang membentang didalam stasiun. Rel 1 dan rel 2 melihat bentuknya jelas merupakan rel jalur ganda yang menuju Jakarta. Foto diatas adalah pintu keluar untuk semua Commuter Line tetapi hanya pintu masuk untuk KRL jurusan Tanah Abang.

Sedangkan Commuter Line jurusan Merak masuknya lewat pintu ini. Pintu masuk utama dari stasiun Rangkasbitung.

Disebelah pintu masuk terdapat 3 loket untuk pembelian tiket go show jurusan Merak. Sedangkan untuk KRL yang menuju Tanah Abang dan seluruk relasinya harus menggunakan e-money atau membeli tiket lewat KAI Access atau Go Jek. Stasiun Rangkasbitung yang dibuka 1 Oktober 1899 bagi saya merupakan stasiun yang harus saya lihat, mengingat stasiun ini menyimpan banyak sejarah. Termasuk pembangunan rel saat penjajahan Jepang untuk mengangkut batu bara, meskipun rel yang dibangun tidak berawal dari Rangkasbitung. Stasiun ini juga memiliki Depo, dan saya lihat sedang ada pembangunan besar-besaran. Sangat disayangkan sebenarnya, relasi kereta api dari Bltar menuju Merak yang pernah berjalan lewat Rangkasbitung akhirnya dihentikan.

 Stasiun Rangkasbitung yang memiliki Kelas A ini berada dilingkungan pasar tradisional, sehingga keadaannya hampir mirip dengan stasiun Bogor bertahun yang lalu. Hanya sebagian kecil dari bagian depan stasiun yang dapat disterilkan oleh petugas dari ulah masyarakat pasar.

Bisa dibayangkan bagaimana kalau kondisi stasiun seperti dulu, bisa-bisa sebagian pasar itu pindah kedalam peron stasiun. Terbersit dalam pikiran saya, kira-kira lebih dulu mana antara stasiun ini dibangun dan berdirinya pasar itu.

Commuter Line Merak yang akan saya tumpangi masih akan berangkat nanti jam 13.50. Jadi masih banyak waktu bagi saya untuk sekedar masuk warung bakso yang ada didepan stasiun. Kalau bisa diatur baik-baik, sebenarnya antara stasiun dan pasar itu dapat terjadi simbiose mutualistis, saling menguntungkan. Bahkan mungkin bisa jadi daya tarik turis ... hehehehe. Ada sebuah pengalaman di Myanmar, dari stasiun Yangon ada commuter Yangon to Yangon. Seluruh halte tempat commuter itu berhenti semuanya pasar, kecuali stasiun Yangon sendiri. Yang naik kereta api persis seperti dulu, saat saya dari Sudimara ke Tanah Abang, didalam kereta saya bersebelahan dengan kambing, ayam dan sayuran. Sementara orang naik turun tidak lewat pintu tapi bisa juga lewat jendela dibelakang kepala saya. Yang penting bilang "permisi" dan kakipun lewat dekat telinga....hehehehe.


Disisi lain dari pasar masih dalam jangkauan stasiun mangkal angkutan kota. Dalam hati saya berpikir, inilah mode transportasi yang terintegrasi seperti di Jakarta.

Waktu sudah jam 12.00 lewat, saatnya kembali ke stasiun. Berjalan lewat orang yang berjualan tahu goreng.

Karena tidak tahu harganya, ternyata Rp. 5.000,- mendapat tahu goreng satu kantongan sedang, cukup banyak. Cuma bentuk tahu gorengnya tidak seperti di rumah saya di Surabaya.
QR Code tiket saya diproses manual, ternyata keinginan saya untuk mencoba face recognition diluar stasiun Pasar Turi belum tersampaikan.
 
 

Peron stasiun Rangkasbitung kelihatannya kurang panjang untuk pemberhentian KRL yang panjangnya 10 kereta itu.  Kalau kebetulan jalur 1 sedang kosong, maka penumpang yang turun dari jalur 2 dapat langsung menuju stasiun.

Commuter line Merak bukan KRL sebab tarikan jalur listrik masih dalam wacana untuk sampai Cilegon terus Merak. Harga tiket Commuter Line merak ini cukup Rp. 3.000,- saja.
Jam 13.50 kereta api commuter line Merak meninggalkan stasiun Rangkasbitung.

Rabu, 24 Januari 2024

Travelling by Train 2

Traveller service that includes, as part of the package, travel by scheduled train service.

Surabaya Pasar Turi - Jakarta Pasar Senen - Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak.

Episode : Jakarta Pasar Senen - Rangkasbitung

Sudah lama tersimpan didalam pikiran saya untuk berkelana naik kereta api mengunjungi kota-kota yang berada di Pulau Jawa  Sebagian pelosok Asean sudah saya kunjungi, di-usia yang terus menapak naik ini, ganti sekarang untuk mengunjungi sebagian pelosok Pulau Jawa. Sebagai Backpackers berkunjung kesebuah tempat mempunyai arti dan makna yang besar.

 

Episode sebelumnya : https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train.html 

Maksud hati, pagi-pagi akan menuju stasiun Pasar Senen, namun tidur terlambat semalam membuat bangun pagi menjadi bangun kesiangan.

Terbiasa dengan kebiasaan saat masih suka berkelana di luar negeri, maka saya selalu membatasi diri dengan bermalam di hotel kelas $ 10,- Hotel dengan fasilitas minimal, sehingga jangan harap ada teko pemanas ditambah dengan deretan kopi dan teh serta gula didalam sachet. Namun hotel yang bersih dengan mandi air panas cukuplah untuk saya. Lewat broker hotel yang sudah biasa saya gunakan, saya mendapatkan hotel yang hanya berjarak kurang dari 1 Km dari stasiun Pasar Senin, dengan tarip dibawah $ 20,- untuk dua orang. Akhirnya saya keluar dari hotel dan berjalan kaki mengulang jalan yang kemarin malam saya susri tetapi sekarang dipagi hari. Jalan yang kemarin sepi saat ini menjadi ramai, hiruk pikuknya kota metropolitan. Mobil pribadi, taxi, buskota sampai sepeda motor yang melakukan jalan menentang arus. Masalah sepeda motor yang menentang arus seperti ini sudah menjadi pemandangan umum bagi saya di jalanan kota Sidoarjo.

Pemandangan sepanjang trotoar yang mengelilingi halaman stasiun Pasar Senen cukup beraneka ragam. Dulu, bertahun yang lalu saat belum ada penataan, mereka-mereka ini berada tepat didepan stasiun. Saya masih ingat, untuk masuk stasiun harus jalan berliku disela-sela penjaja ini

Sebagian besar jualan yang dijajakan adalah makanan dan minuman yang ramah dikantong bagi sebagain besar penumpang kereta api yang turun di Pasar Senen. Mulai nasi campur, soto ayam demikian juga dengan minuman. Khusus minuman kalau saya lihat terjadi pergeseran menu. Bertahun lalu minuman yang dijual sudah disediakan di gelas yang ditata rapi dibagian depan kiosnya. Termasuk kalau mereka berjualan minuman bersoda dalam botol. Sekarang minuman yang dijual berupa sachet yang digantung, pembeli tinggal menunjuk yang diinginkan dan penjual akan memproses isi sachet menjadi minuman dingin atau panas.

Sisa-sisa kendaraan yang pernah berjaya di Ibu Kota masih ada di depan stasiun Pasar Senen. Tentu saja tidak ada argometer atau pesan online menggunakan aplikasi untuk mereka ini. Tujuan dan tarip bisa dilakukan secara off line berhadapan alias negosiasi.


Dari stasiun Pasar Senen untuk menuju stasiun Tanah Abang ada KRL dengan tujuan Kampung Bandan. Di Kampung Bandan turun ganti KRL yang menuju stasiun Tanah Abang. Pikiran saya, kalau saya naik KRL dari Pasar Senen maka saya tidak akan tahu bagian depan stasiun Tanah Abang. Oh, iya ... jangan lupa menyediakan kartu wallet atau e-money untuk naik KRL atau bus Transjakarta. Sebagai informasi, e-money cucu saya , Flash yang baru, belum suport untuk masuk ke-gate KRL. Atau membeli tiket lewat aplikasi Go-Jek atau KAI Access.
 
Akhirnya saya memilih jalan terus melewati koridor stasiun dan keluar menuju Terminal Bus yang berada tepat didepannya.


Bus Transjakarta yang melayani Stasiun Pasar Senen ke Stasiun Tanah Abang pergi pulang warnanya oranye. Di terminal parkir agak kedalam tertutup dengan bus yang berwarna biru muda. Bus ini hanya berputar dari Pasar Senen ke Pasar Senen, sehingga untuk mengetahui tujuan penumpang, kita harus melakukan taping e-money saat masuk dan saat keluar. Jadi tidak seperti Busway yang satu kartu bisa ditaping beberapa kali saat kita naik sesuai dengan jumlah orang yang ikut kita. Naik Transjakarta kita langsung turun tepat didepan stasiun, bus berputar saat masuk area Tanah Abang dan akan berhenti pada halte yang bertulisan Tanah Abang, jangan turun disini sebab menuju halaman stasiun masih agak jauh. Tetapi ini adalah check point Pasar Senen - Tanah Abang. Saat bus berputar menuju stasiun Tanah Abang kita sudah masuk pada trayek Tanah Abang - Pasar Senen.

Masuk stasiun Tanah Abang, harus sudah paham arah dan tujuan yang hendak ditempuh. Perhatikan benar petunjuk peron yang ada, sebab salah peron setelah berada dekat rel, kita harus kembali kedekat pintu masuk untuk mulai lagi berjalan kearah peron yang benar dan ini berputar jauh juga.

Sesaat saya terpana waktu masuk stasiun Tanah Abang, jumlah orang yang keluar dari stasiun seperti demonstran jalanan. Arus manusia yang sangat banyak, maklumlah saya berada pada jam sibuk orang bekerja. Namun arus manusia yang seperti itu di area stasiun belum pernah saya jumpai di Surabaya manapun, Wonokromo, Gubeng, Kota maupun Pasar Turi.

Saya menunggu KRL yang akan membawa saya ke Rangkasbitung, stasiun transit sebelum saya naik kereta yang menuju Merak. Saat KRL datang dari arah Rangkasbitung, kembali saya melihat arus orang yang turun dari 10 gerbong rangkaian KRL..

Hampir tidak ada yang berjalan santai, semua seperti berlari menuju kearah gerbang keluar. Saya jadi ingat saat turun bus di Imigrasi Singapore dengan tujuan Johor Bahru. Semua penumpang berlari menuju loket imigrasi sehingga sayapun juga ikut-ikut lari tanpa mengerti apa tujuan harus lari.

Ternyata untuk tujuan Rangkasbitung, penumpangnya tidak seperti Rangkasbitung ke Tanah Abang. Situasi gerbong KRL yang saya naiki sedikit lengang, bisa memilih tempat duduk yang bentuknya seperti sofa dengan warna yang enak dimata. Khusus untuk penumpang berkebutuhan khusus warna tempat duduknya merah menyala.



Hampir sampai tujuan mas petugas kebersihan mulai melakukan pekerjaannya. Gerbong disapu, dipel dan disemprot desinfektan. Saya yang pernah naik kereta api disini jamannya tragedi Bintaro, hanya manggut-manggut bangga dengan kemajuan PT KAI yang memanusiakan manusia sebagai penumpang kereta api. Saya pernah naik dari Sudimara sampai stasiun Tanah Abang bersebelahan dengan kambing dan ayam.....



Puas melihat pemandangan kota Jakarta dari sisi rel KRL, melihat bangunan-bangunan halte KRL yang sangat bagus bukan sekedar peneduh dari sengatan matahari seperti bertahun yang lalu. KRL yang saya tumpangi masuk stasiun akhir untuk KRL, Rangkasbitung.

Episode berikutnya: https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train-3.html